CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 02 Maret 2011

Life is too Short to be Sad, All the Times

Hampir selama sebulan...
Memang karena saya terlambat...
Ketika saya terpeleset lagi dan berdiri sendiri untuk bangun...

Sahabat saya pernah bilang "Banyak cara untuk Moving On". Dan Sahabat saya yang sama pula juga baru-baru ini bilang "Tapi cara kamu itu bodoh". Haha yah tak mau menyalahkan diri-nya juga sih. Saya menyadarinya kalau apa yang sudah saya lakukan ini memang terlampau sangat ekstrem (karena memang saya tidak mau menyebutnya bodoh). Ya, memang karena ada alasan tersendiri sih kenapa saya melakukan hal itu. Apalagi kalau bukan karena Moving On itu sendiri.
Yah, selama hampir sebulan saya melakukan hal yang dianggap fatal, dianggap bodoh, dan sempat membuat sahabat-sahabat saya ribet gak tau musti ngapaian. Selama hampir sebulan saya hijrah ke Pulau Dewata.


Dengan harapan ingin sekedar mendinginkan otak saya yang kala itu benar-benar berat. Tapi yah, yang terpenting sih saya ingin menyendiri, meng-istirahatkan segalanya yang sudah saya bawa selama 21 tahun ini.

Tapi yah, yang ingin saya hilangkan pada waktu itu apalagi kalau bukan karena sebab akibat dari sebuah Cinta. Hmmmm entah musti geregetan atau apa-lah saat ini ketika mendengar kata itu. Eits, tapi toh segalanya sudah sedikit membaik, jadi yah alhamdulillah juga saya tidak seberapa sensi mendengar kata itu.

Waktu itu saya benar-benar sedih. Memulainya lagi semuanya dari nol, karena semua yang saya bangun (lagi-lagi) ternyata bisa runtuh begitu saja. Entah dapet kekuatan darimana, waktu itu pokoknya saya harus bisa. Saya nggak mau terus-terusan sedih hanya karena masalah cinta. (Mendingan juga sedih karena si perancang John Galliano dipecat dari Dior haha)

Semacam menghalalkan segala cara tapi bukan menghalalkan segala cara juga hehe. Beruntung saya punya teman di Bali. Tampaknya otak saya waktu itu juga sedikit bekerja walaupun lagi banyak pikiran, saya kepikiran menghubungi dia yang sudah jauh-jauh hari sering membujuk saya buat pergi ke Bali. Bahkan pernah suatu waktu sampai-sampai saya disuruh pindah kuliah ke Bali saja hmmm. Dengan modal nekat dan untungnya persediaan tabungan saya memadai, saya memang nekat kesana. Nekat ke Bali.

Blackberry saya tinggal di teman kampus saya. Karena memang waktu itu saya memang benar-benar pengen sendiri. Sebenarnya sih memang seperti tak membawa alat komunikasi apapun walaupun pada waktu saya membawa satu telepon genggam yang lainnya lagi.

Tidak banyak hal yang hura-hara sih sebenarnya disana. Karena memang saya benar-benar nggak mood buat begituan pas waktu itu. Yang ada cuman entah itu semacam yang dinamakan gejolak spiritual dari dalam diri yang keluar, atau entah itu kembali datangnya arwah saya yang lain, atau entah itu sebuah tranparansi sebuah guru kehidupan. Haduh haduh bahasa saya yahh...

Yah, pokoknya saya jadi banyak mikir yang saat ini saya baru merasa mikirnya yang bagus-bagus. Saya jadi mengerti apa yang harus dihilangkan dahulu untuk masalah cinta cinta dan cinta yang melelahkan ini. Mungkin semacam narkoba yang sudah terlanjur tertanam dan membuat saya ketagihan. Jadi yah saya harus masuk panti rehabilitasi agar biar sembuh. Tapi narkoba yang masuk di tubuh saya ini tak berwujud, hanya berwujud kata-kata yang bisa diucpakan sebagai "addicted atau infatuation karena cinta", yang akibatnya sih ternyata sama seperti orang yang kena Narkoba. Hii ngeriii?. Emang ngeri kok, dan saya cuman berharap cuman sekali aja ngerasain ini di hidup saya hehehe :).

Tubuh saya tak perlu disuntik obat macam-macam. Karena yang jadi obat waktu itu sebenarnya diri saya sendiri. Obat-nya cuman musti melawan diri sendiri aja, ber-komitmen dengan diri sendiri, pokoknya seperti menggunting-gunting tubuh kita sendiri tapi tidak menyisakan luka di badan. Awalnya memang susah. Tapi toh saya akhirnya mau mencoba dan akhirnya.....photo saya tersenyum-pun bisa saya dapat di pantai :).

Hal kedua yang waktu itu dikatakan alam bawah sadar saya, saya harus forgive dan forget. Hmmm...sebenernya sih forgive-nya malas, tapi forgetnya mau. Yahh...saya pernah mencobanya dengan menyepelekan forgive-nya. Tapi yang terjadi malah saya gak bisa melakukan si forget. Lahh...akhirnya di kesempatan kedua-nya saya berusaha melawan diri saya sendiri untuk melakukan kedua-nya.

Tuhan ternyata memang baik sama saya, dia ternyata pahlawan terbaik buat saya. Dia masih sayang sama saya walaupun dan apapun yang terjadi dengan saya, ternyata (yang baru saya sadari) selalu ngasih yang terbaik buat saya walaupun itu menyakitkan.

Semuanya memang sudah berubah dengan cepatnya,entah itu berubah menjadi tambah buruk atau malah menjadi lebih baik. Yah, pokoknya yang saya tahu saya gak mau ngerasa sedih terus. Life is too Short to be Sad, All the Times.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar