Hi, blog. Saya sepertinya sudah
cukup lama tidak mengisi entri baru di blog saya ini. And, before telling you
about something, I would like to say Happy New Year 2012 for you all. Semoga
tahun ini bisa memberikan kebahagian, keberkahan buat kita semua. Amin. Amin.
God Bless You All.
---
Bulan Desember yang lalu. Lebih tepatnya empat hari sebelum tahun baru
tiba. Saya memutuskan untuk pulang ke Surabaya. Memutuskan untuk pulang ke
Surabaya hanya untuk mengunjungi kota selama satu hari. Yah, ini saya lakukan
untuk membayar lebih awal atas kekecewaan saya tak bisa pulang ke kota(?)
halaman untuk merayakan tahun baru, karena ada sesuatu hal yang tak bisa
ditinggalkan di tempat saya bekerja part time. Daripada saya merasa sedih karena
benar-benar tak bisa pulang, jadi saya mempergunakan satu hari libur yang
diberikan kantor untuk pulang ke sana. Saya sudah sangat rindu dengan kota ini
:’(.
Ada satu hal yang membuat kepulangan saya ke Surabaya kali ini sedikit
berbeda. Dengan berat hati saya tidak memutuskan untuk pulang ke rumah. Karena
alasan kalau saya pulang ke rumah, pasti saya akan semakin cepat merasa home sick ketika balik ke Yogyakarta. Dan
alasan lainnya, saya tak rela melihat wajah ibu saya hanya selama 24 jam (satu
hari) saja. Jadi, dengan berat hati itu saya memutuskan untuk menginap di rumah
sahabat saya, Aditia Aryo. Dia sudah berbaik hati menjemput saya di pagi buta,
pukul dua dini hari di terminal yang cukup jauh dari rumahnya berada. Yaps,
dengan berjanji sekuat hati sebelum sampai di Surabaya untuk benar-benar
menikmati satu hari ke depan di kota ini. Saya kangen. Kepulangan saya kemari
terakhir kali saat idul fitri tiba.
Saya bisa mencium lagi angin pagi menjelang siang kota Surabya yang saya
cintai. Kami memutuskan untuk keluar dari rumah pukul sebelas siang. Tujuan
utama kami di tempat makan seputaran SMA Komplek yang berada di Jl. Slamet
untuk bertemu sahabat saya yang lain, Praharani Elok. Pulang ke Surabaya memang
seperti ajang kangen-kangenan saya ke sahabat-sahabat yang saya punya. Mengobrol
banyak hal tentang apa yang terjadi selama kita tidak bertemu, suatu hal lain yang
teramat sangat saya rindukan ketika pulang. Kami tak terasa menghabiskan waktu
selama dua jam di tempat ini sembari menikmati cemilan ringan berupa siomay dan
mie pithik.
Dua jam berikutnya, kami hijrah untuk menemui sahabat kami yang lain. Sahabat
terbaik yang pernah saya punyai, Bismaputra Jayasujana. Kami memilih tempat
pada sebuah pusat perbelanjaan yang bisa dibilang masih baru di Surabaya, Grand
City. Ini baru kali kedua saya kemari. Setelah memasuki tempat ini, sudah
banyak sekali perubahan yang terjadi dari segi tempat-tempat yang mengisi
bangunan ini. Dan , perubahan lain yang cukup membuat saya sedikit sedih namun
bisa tersenyum gembira hingga bibir saya terangkat naik. Perubahan itu bisa
saya bilang sebuah perubahan. Sebuah perubahan dimana saya sudah tak bisa
mengenali sosok sahabat saya sendiri. Sahabat yang sudah menjalin pertemenan
dengan saya sejak Sekolah Menengah. Memang, tak bisa menyalahkan waktu yang
begitu cepat bergerak maju hingga menuju sebuah perubahan. Tak bisa menyalahkan
juga keputusan saya untuk berkuliah di Yogyakarta sehingga saya tak bisa lagi
intens berhubungan dengan sahabat saya tersebut. Sebuah ketergantungan karena
intens yang menimbulkan saya takut kehilangan. Yang baru saya mengerti,
perasaan seperti ini bisa terjadi juga dalam sebuah hubungan sahabat.
Namun, di balik itu. Saya bisa tersenyum karena mungkin sahabat saya
tersebut bisa menemukan sebuah dunia baru untuk mengisi hari-harinya tang sudah
tanpa saya dan tanpa cinta yang masih dengan setia ia cari hingga sekarang.
Kami mungkin sama-sama belajar untuk menjadi manusia dewasa. Usia sudah tak
mengijinkan kamu untuk menjadi sosok kanak-kanak seperti dulu. Tapi kenangan
masa kanak-kanak justru yang bisa menyatukan kami, mungkin ini yang bisa
membedakan dua hubungan antara manusia pada hubungan cinta dengan kekasih dan
cinta dengan sahabat. Kami memang bersahabat, tapi mungkin kami tidak bisa selalu
bersama-sama untuk meraih masa depan kami masing-masing. Saya bisa berucap
seperti itu, karena saya tidak tau apa yang akan terjadi dengan hidup saya
mendatang. Yang terpenting, saya bahagia bisa melihat sosok sahabat saya
tersebut dibalik ketidak mampuan saya (lagi) mengenal sosoknya . We’re still best friend forever, dear.
Seperti yang pernah saya posting di entri blog saya sebelumnya. Surabaya
selalu membuat saya berkenalan dengan teman baru. Kali ini sosok anak kecil
(hehe) yang masih duduk di sekolah menengah bernama Alicia yang mengisi di
daftar orang-orang yang pernah saya temui. Glad
to see you :).
Waktu memang tak pernah menyediakan rentang yang cukup. Saya harus
kembali ke Yogyakarta. Sebelumnya, saya dan sahabat saya yang saya tumpangi
rumahnya, Aditia Aryo berkeliling kota ini. Saya masih rindu. Walaupun, di
perjalanan berkeliling ini pada akhirnya saya bisa mendapat macaron yang saya
idam-idamkan. Semua mungkin bisa terbilang sudah lengkap. Satu hari itu bagai roller coaster yang membuat saya merasa fun. Surabaya satu hari yang membuat
saya bisa tersenyum dari penatnya saya di Yogyakarta.
Terima kasih sahabat, Bismaputra
Jayasujan, Aditia Aryo, dan Praharani Elok.