CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 06 Desember 2010

Andini's Life

Waktu itu, saat hujan deras membasahi rumah megah berarsitektur eropa. Aku segera berlari berharap agar tidak terkena hujan begitu mobil sedan menurunkanku di bangunan dimana aku tinggal itu. Aku segera memasukinya, dan sesegera mungkin menuju kamar-ku di lantai dua.

Aku melihat mama, dengan tubuhnya yang semakin kurus akhir-akhir ini sedang memasukkan baju-baju-ku ke dalam koper begitu aku sampai di pesanggrahan-ku.

"Cepat mandi sayang. Nanti kamu masuk angin"Ucapnya lembut kepadaku.
"Iya, Ma"Aku segera melepas rok merah dan kemeja warna putihku, mengambil handuk, dan pergi membilas badan.

Aku tak tahu mau dibawa kemana. Hanya Mama berpesan kepadaku, untuk sementara aku dititipkan kepada teman-nya yang tinggal diluar kota. Rumah megah ini mau dijual. Sedangkan Mama ingin menemani Papa disuatu tempat yang tak ingin dia sebutkan, dan tak bisa membawaku kesana.

Aku segera memakai baju-ku yang sudah diletakkan Mama di atas tempat tidur. Aku cukup merasa senang karena aku akan pergi keluar kota. Aku teramat suka bepergian.

Kuraih boneka teddy bear yang letaknya persis disebelah baju-ku tadi. Ini hadiah Mama untukku.

"Dia yang akan menemanimu selama Mama tak disampingmu ya, Sayang"Pesannya saat pertama kali memberikan-nya kepadaku.

Aku segera turun menuju lantai bawah, menuju ruang tamu. Aku melihat sesosok wanita paruh baya sedang berbicang dengan Papa dan Mama di kursi ruang tamu. Dia memberikan map berwarna hitam kepada Papa. Papa membuka map itu, terdiam sejenak, lalu menaruh map itu dimeja ruang tamu. Kulihat Mama hanya terdiam, memandang kearah map itu dengan pandangan kosong. Lalu tak seberapa lama, tangan Papa yang saat itu sedang menggenggam sebuah pulpen sedang menggerakkan tangan-nya persis seperti gerakan menggambar di atas map itu. Menutup-nya dan sesegera mungkin menyerahkan map itu kepada wanita paruh baya di di depannya.

Aku segera beranjak dari tempatku berdiri. Menuju tempat Mama Papa berada.

"Baiklah, terima kasih atas kerjasamanya"Ujar wanita paruh baya itu. Sepertinya wanita inilah teman Mama, tempat dimana aku akan dititipkan."Dan ini pasti Andini yah"

Aku hanya mengangguk ketika wanita itu menyebutkan namaku.

"Baiklah, Bapak Ibu. Saya tidak punya banyak waktu. Bisakah Saya ijin untuk pergi sekarang ?"
"Uhm..ya. Baiklah. Saya titip Andini ya, Mbak"Jawab Papa.
"Tenang saja. Andini pasti baik-baik saja ditangan saya. Bahkan akan teramat sangat baik-baik saja. Ok, saya harus pergi sekarang" Wanita paruh baya itu segera beranjak dari kursi di ruang tamu. "Ayo, Dini"
Mama memelukku erat. Dia menangis. Mukanya pucat.
"Mama kok nangis ?. Aku khan nggak ninggalin Mama. Kita khan masih bisa ketemu, Ma"Mama masih memelukku erat beberapa saat. Lalu mencium keningku.
"Baik baik ya, Sayang".

Diluar masih hujan deras. Dan sebuah sedan hitam metalik menembus tangisan awan itu membawaku pergi beranjak dari rumah.
--

Aku duduk di kursi. Dengan pemandangan rumput hijau yang lapang. Udara sangat segar, matahari dengan cerahnya bersinar. Tapi keadaan tubuhku kenapa tak secerah itu.

Sudah beberapa bulan ini batuk-ku tak kunjung mereda. Mahkota-ku juga sedikit demi sedikit rontok. Padahal aku cukup rajin untuk membilasnya dengan shampo setiap hari. Kurasakan berat badan-ku lama kelamaan juga menurun. Makan-ku padahal banyak. Dan Aku bukan seorang Bulemia atau bahkan Anorexia. Dan sudah beberapa bulan ini juga aku tak mau memusingkan ketidakbiasaan yang terjadi pada tubuhku itu.

Teddy Bear pemberian orang terkasihku disaat aku kecil masih terjaga sampai saat ini. Dia berada di pangkuanku saat ini. Andaikan dia punya nyawa, dia mungkin akan menangis. Sudah banyak hal yang dilihatnya terjadi padaku.

Di tempat yang kurasa tempat paling sejuk dan tentram dimana aku duduk sekarang. Aku hanya ingin menulis sebuah kata-kata untuk orang yang terkasih..

"Mama. Aku tak tau dimana keberadaanmu sekarang. Aku hanya ingin bertemu Mama. Aku tak membenci Mama. Semua hal ini sudah cukup membuat aku sakit daripada aku harus membenci Mama. Sudah cukup Mama dan Papa menjual-ku untuk kepentingan kalian. Sudah cukup aku melayani banyak lelaki hidung belang, dan sekarang aku...."

Kuangkat secarik kertas dimana aku menulis kata-kata-ku tadi. Dibawahnya ada secarik kertas lain-nya. Dan disana tercetak jelas..

Fabiani Andini Larasati. HIV + (positif).

--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar