CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 10 September 2011

re-union

Baru-baru ini, Saya baru menyadari kalau hidup itu ternyata punya arus tersendiri dan terkadang kita tidak menyadarinya. Mungkin biar lebih mudahnya, komponen-komponen penyusun hidup atau semua aspek yang mendukung suatu kehidupan itu punya arus tersebut. Arus-nya memang maju. Namun terkadang tanpa kita sadari kemajuan arus itu sebenarnya adalah memainkan kembali apa yang sudah ada di masa lalu. Contohnya saja, Saya mengambil contoh di bidang fashion, yang notabene juga berperan dalam kehidupan kita sebagai bahan penutup tubuh kita. Jika dilihat dari segi yang tidak benar-benar mendetail. Fashion itu sebenarnya hanya itu-itu saja. Berupa potongan atasan berbentuk kaos atau blus atau kemeja. Dan potongan celana berupa jeans atau celana bahan. Namun seiring bertambahnya usia bumi dan kehidupan kita. Teknologi dan kreatifitas yang maju meng-evolusi-kan dua potong kain penutup badan tersebut menjadi bermacam-macam bentuk dan motif tanpa meninggalkan pakem yang sudah ada. Hanya mengembangkan-nya sehingga terlihat tak ketinggalan jaman. Dan mungkin jika digambarkan arus-nya, Kehidupan itu seperti arus jarum jam. Mereka sebenarnya hanya berputar-putar di tempat yang sama. Kondisi dan lingkungan yang menyamarkan kesamaan itu sehingga terlihat berbeda.

Berputar-nya kembali waktu di masa lalu namun dengan kondisi atau keadaan dan lingkungan yang berbeda. Terkadang disebut dengan Reuni. Yah, mungkin itu pengistilahan dari kata Reuni menurut saya. Karena bukankah sebuah reuni yang sering kita jumpai itu adalah peristiwa dimana kita bertemu dengan sesuatu (sesuatu yg umum dan bisa apa saja) dari masa lalu yang kembali lagi ke kita. Kita jumpai, mampu kita jamah, namun dengan keadaan yang berbeda dengan awal kita menemuinya, dan namum lagi sejatinya sesuatu itu tidak pernah lari dari pakem aslinya dia terbentuk. Saat reuni dengan teman-teman lama kita. Kita dipertemukan kembali dengan kenangan masa lalu kita yang telah menjadi sesuatu. Memang secara fisik mereka tentu sudah berubah. Namun tanpa keluar dari pakem, apakah mereka tidak mengenali diri kita sebagai teman-nya?. Tentu saja tanpa pernah mengenal teman kita ini sebelum-nya di awal, tidak akan kita jumpai kata-kata reuni. Semuanya sih memang sangat tergantung dengan kondisi yang terjadi. Dan tentu saja waktu. Yah, waktu sendiri (tentu saja bersama Tuhan) yang berperan sebagai sutradara untuk mengatur terjadinya Reuni pada hidup kita.

Hari Raya Idul Fitri. Adalah sebuah waktu yang mempertemukan saya dengan reuni. Tentu saja, saya tidak mau meninggalkan momen sekali dalam setahun ini begitu saja. Saya mengharuskan diri saya sendiri untuk bisa pulang kampung ke Surabaya setiap hari raya idul fitri tiba. Dan alhamdulilla, tahun ini saya masih bisa pulang ke rumah bertemu dengan bapak ibu dan kakak-kakak saya. Sahabat dan teman-teman tentu tak pernah luput dari cengkraman saya akan hal-hal yang wajib dilakukan ketika pulang :P.

Family
Kemanakah tempat yang paling indah untuk pulang ?. Dimanakah letak cinta tanpa pamrih yang abadi meskipun sudah terkikis dengan ketidakabadian ?. Saya akan menjawab dengan lantang. KELUARGA. Sifat-nya yang long lasting. Selalu membuat saya ingin pulang. Membuat saya benar-benar ingin menangis saat meninggalkan. Dan menjadi urutan paling utama dari list orang-orang yang paling saya cintai.  Walau apapun masalah yang terjadi bersama dengan keluarga. Ke keluarga juga-kah kita akan kembali. Mungkin sudah seperti dua buah benda yang menempel dengan cukup rekat sehingga sukar untuk dilepas.

Di Lebaran tahun ini. Kakak perempuan nomer dua saya bisa meninggalkan sejenak karir-nya di ibukota beberapa saat untuk pulang kampung ke Surabaya. Yah, sebagai balas dendam karena lebaran tahun lalu dia tak bisa pulang kemari. Memborong paket keluarga mungilnya berupa suami, lalu kakak saya sendiri, dan  gadis kecil perempuan berumur 3 tahun yang tak mengenali siapa saya (yah, dia asing melihat saya. Terakhir kali bertemu saat otaknya belum bisa merekam dengan trampil perkenalannya dengan seseorang). Tapi, alhamdulillah lah akhirnya bisa melihat wujud kakak saya dan paket kelaurganya ini setelah lama tak bertemu.

Anggota keluarga lain yang pulang ke rumah adalah Kakak perempuan pertama saya. Yang memang tempat tinggalnya tidak jauh dari kota Surabaya. Sehingga diluar waktu lebaran-pun dirinya dan keluarga kecilnya masih bisa main-main ke rumah. Tetapi sayangnya, Jogjakarta setia sekali melilit kencang kaki saya untuk tidak beranjak dari kampus dan tempat bekerja yang dimilikinya. Waktu-pun terkadang juga tak berpihak pada saya waktu saya pulang di luar waktu lebaran. Kepulangan tersebut tak pernah pas dengan waktu mereka datang ke rumah. Bersama suami dan kedua putrinya, kakak perempuan saya merayakan lebaran di rumah bersama bapak ibu. Dan lagi-lagi anak nomer dua dua dari kakak pertama saya ini (yang masih berumur 1 tahun 8 bulan, juga tak mengenali siapa saya. Malah lebih parah-nya saya tak bisa melihat tubuh mungilnya dari saat dirinya baru beberapa jam keluar dari rahim ibunya. Baru setelah berumur 1 tahun 8 bulan, ketika dia sudah bisa duduk manis dengan sempurna. Dengan sempurna itu jugalah saya bisa melihat wujud aslinya. Yah hal yang sama yang dibuat waktu-lah yang membuat saya tidak bisa melihatnya dari awal lahir :(. Tapi saya bersyukur. Setidaknya bisa ditemukan di hari penuh fitri ini.

Ada juga hal yang patut disayangkan di Lebaran tahun ini. Kakak lelaki saya yang pertama tidak bisa pulang. Ibukota dengan sadis mencengkram-nya. Kurang lengkap dan sedikit sedih sebenarnya. Tetapi ya, sudahlah. Memang belum waktunya mungkin :).

Sehingga di lebaran tahun ini. Formasi (kurang) lengkap-nya adalah bapak, ibu, minus kakak lelaki pertama saya, kakak perempuan pertama saya beserta istri dan kedua putri-nya, dilanjutkan kakak perempuan kedua saya beserta istri dan satu gadis kecilnya, lalu kakak lelaki kedua saya yang dengan setia menemani bapak ibu dirumah, dan ditutup dengan saya yang merupakan keturunan penghabisan di keluarga mungil kami. Reuni yang sangat berbeda buat saya. Entahlah, saya merasa seperti benar-benar seorang paman untuk keponakan-keponakan saya. Baru tahun ini saya bisa berbagai rezeki hasil memeras keringat paruh waktu kepada ketiga bocah kecil ini :). Reuni yang sedikit berubah, tapi tanpa meninggalkan pakem asli kalau kita adalah satu keluarga meskipun usaha untuk eksistensi hidup memisahkan kami untuk kembali :). I love my family, no matter what they are.

Baru sadar, kalo saya ini anak termuda dengan postur badan yang paling tinggi daripada yang lain >.<

Bestie and Friends
Bukan sesuatu yang harus setia setiap saat berada di samping kita saat senang dan sedih. Bukan seseorang yang dengan sengaja menempelkan topeng "baik" di wajahnya saat sejujurnya mereka sedang naik pitam. Bukan seseorang yang harus sejalan dan sama segala-galanya dengan diri kita. Musuh terbaik dalam beberapa kondisi tertenu karena mengenal kita lebih baik disamping diri kita sendiri. Teman, yang lalu bisa menjadi sahabat. Termasuk list dari orang yang saya cintai di kehidupan saya. Peran mereka tidak kalah penting-nya dengan peran keluarga saya. Hari-hari saya saat pulang ke Surabaya, setiap harinya tidak akan pernah lepas dari mereka. Yah, memang hanya karena waktu yang bisa memproduksi rasa kangen yang berlebih diantara kami :).

Saya merasa lengkap dan mendapat kebahagian yang komplit kepulangan saya saat lebaran ini. Disamping saya bisa bertemu dengan bapak ibu dan saudara-saudara. Saya bisa dengan lengkap melihat satu persatu batang hidung sahabat dan teman-teman saya disini. Waktu sudah dengan kenyang melahap masa transisi mereka sepertinya, walau belum sempurna terlahap sepenuhnya. Bagaimana tidak kenyang ?. Waktu masa lalu mereka seperti sudah habis dan hanya tinggal berupa kenangan pengalaman yang tersimpan manis di otak mereka. Saya melihat keterbedaan. Melihat banyak sekali macam warna dari mereka. Unik-nya memiliki teman-teman dengan kharakteristik dan kesukaan serta kepribadian yang berbeda terasa lebih asyik disini. Mereka sudah berjalan lantang di jalan mereka masing-masing. Ada yang menjalainya penuh optimis dengan tersenyum lantang. Ada yang menjalaninya penuh optimis dengan tersenyum sedih. Semuanya disajikan oleh mereka, sampai ada juga kondisi yang paling terburuk sekalipun. Banyak bercerita banyak dengan mereka. Melepas semua kangen berlebihan yang dihasilkan waktu yang tidak sering-sering mempertemukan kami. Yang membuat saya merasa, seharusnya saya tidak harus merasa sedih di Jogja. Karena saya memiliki mereka disini. Tapi terkadang menyadari itu semua tak semudah membalikkan tangan. Sisi egois saya sih berharap mereka semua bisa saya bawa ke Jogja hehe.

Dimulai dari sahabat dari SMP. Beranjak ke sahabat dari SMA. Lalu kemudian berlanjut di awal-awal masa kuliah saya di Surabaya. Hingga berakhir bisa bertemu dengan teman-teman baru. Semua lengkap bisa terkumpul dalam kurun waktu satu minggu kepulangan saya ke Surabaya waktu itu. Reuni yang sangat spesial. Perubahan diri mereka yang tanpa meninggalkan pakem bahwa mereka adalah sahabat dan teman-teman saya. Waktu spesial bernama Lebaran memang benar-benar dahsyat efeknya. Saya hanya bisa berharap semoga tahun depan masih diberi kesempatan seperti ini lagi :)).

Bersama salah satu sahabat saya dari SMP

Bersama sahabat saya sejak SMA dan teman baru saya. Yang
addicted banget sama hewan kepik :D

Very old school things called Photo Box. But it's so Pop Culture :D 
Sayang. Keasyikan ngobrol, berakibat pada tidak adanya hal yang bisa diabadikan bersama sahabat dan teman-teman saya yang lain. Tapi sejujurnya waktu bersama mereka lebih berharga daripada pengabadian momen dalam wujud dua dimensi berwarna. Ciee :P. I Love you guys :*

Love
???
??
?
Sejujurnya wujud cinta sudah saya berikan kepada Keluarga, Sahabat dan teman-teman saya di atas. Bagaiamana bisa menikmati kehadiran mereka dengan sangat senang kalau saja saya tidak memiliki rasa cinta kepada mereka. Yah tentu kebahagian dan cinta itu bisa dibilang saling berkaitan lah.

Hmmm. Tapi karena saya sudah memutuskan untuk menulis aspek bernama Cinta disamping Keluarga dan Sahabat serta teman. Jadi baiklah, saya akan memulai bercerita sedikit tentang prosesi Reuni saya dengan cinta.

Ok. Di lebaran tahun ini. Saya hampir genap jomblo satu tahun. Perhitungan-nya sih, dulu saya putus terakhir kali sama pacar saya persis beberapa hari sesudah lebaran tahun 2010. Tapi bego-nya saya baru bisa memutuskan dengan lantang untuk move on lima bulan setelah putus >.<. Jadi, di malam lebaran tahun 2011 ini saya mengirim pesan text ke dia. Meskipun dia non-muslim, toh niat saya khan pengen ngucapin Minal Aidzin Wal Faidzin. Saya merasa punya salah sama dia (dan tentu dengan semua orang yang saya kenal tentunya). Sempat sih sedikit merasa ada sesuatu yang tidak sinkron dengan keputusan saya untuk lost contact sama dia. Tapi untung-nya saya masih manusia yang percaya sama Tuhan. Idul Fitri itu timing yang pas buat pengampunan dosa yang kita perbuat kepada orang lain (kalau kita mau mengakui dosa kita tersebut).  Dan bukan-nya, banyak orang yang bilang kalau secara harfiah Idul Fitri itu untuk menyambung sillaturahmi yang sudah putus maupun yang belum putus. Reuni kembali dengan cinta. Kondisi-nya memang sudah berubah. Saya sudah tak bersama dia lagi. Sedikit menurunkan kostum lost contact sejenak. Karena secara pakem. Dulu saya pernah ada hubungan dengan dia. Pernah menjalani hidup bersama dengan dia. Sudah benar-benar pakem dan tak bisa dipungkiri, jika prosesi memaafkan dan melupakan sudah merasuki tubuh kita untuk hubungan yang sudah pergi :). i love you generally love.

---

Sebuah reuni yang cukup akbar. Tak perlu berada dalam satu ruangan. Berbeda tempat. Namun dengan hasil akhir yang sama. Idul Fitri yang cukup dirasa paling indah. Cukup dirasa paling membahagiakan. Cukup dirasa paling terbaik. Minal Aidzin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin :)). 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar