CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 23 November 2010

Short Story : Gee... (Part Quatre)

Menjelang malam, Taxi membawaku pulang ke rumah. Di teras depan rumah, banyak mobil berjajar seperti biasa. Rupa-rupanya ini waktunya Papa, Mama, dan teman-teman-nya berkumpul tiap minggu-nya. Entah mereka sudah membuat kesepakatan atau tidak sebelumnya. Ketika mereka berkumpul, mereka serasa menjadi satu dengan rumah-ku. Pakaian-Pakaian yang mereka kenakan berwarna merah terang senada dengan wallpapaer merah di dinding rumah. Entah itu berupa Dress, Cocktail Dress, Kemeja panjang maupun pendek, Jas atau-pun blazer, semua-nya melebur menjadi satu dalam warna merah menyala. Aku segera turun dari Taxi dan memasuki rumah merah-ku. Mereka berkumpul di ruang tamu, sedang berbincang sesuatu, jumlah-nya sepertinya bertambah, dan ada seorang pria berambut botak satu senti melihat kedatangan-ku dari kerumunan itu. Aku segera menuju ke kamarku di lantai atas, ingin segera membasuh badanku.
Aku segera menyalakan kran air untuk memenuhi bathtub berwarna putih berbentuk segitiga. Berbaring sebentar di tempat tidur sembari menunggu air-nya penuh.
"Tok! Tok! Tok!"Pintu kamar-ku bersuara. Ada yang mengetuk-nya dari luar. Aku beranjak sejenak dari tempat tidur. Dan segera menyambut orang dibalik pintu kamar-ku.
"Nak.."Sapa Mama dari balik pintu ketika aku membuka-nya.
"Iya, Ma. Ada apa?. Gee baru pulang. Capek. Mau mandi. Istirahat"Jawabku.
"Ada yang ingin berkenalan dengan-mu, Nak"Dan tangan Mama segera mempersilahkan seorang lelaki disebelah-nya untuk menampilkan jati dirinya. Dia Pria berambut botak satu centi yang pandangan-nya menyambut-ku dirumah. Tak segan dia segera mengulurkan tangan dibalik Vest Tartan warna merah yang menutupi kemeja warna hitam dibagian dada-nya..
"Helios. You can call my name as you want"Ujar-nya memperkenalkan diri.
"Gee. You just call me Gee"Balasku memperkenalkan diri. Menyambut uluran tangan-nya yang besar kekar sebesar badan besar kekar Pria di hadapan-ku ini.
"Biasanya dia dipanggil Leo"Sahut Mama seketika. "Ya sudah kamu mandi yah. Acara dibawah sudah mau dimulai. Selamat Istirahat, Nak"
Mama beranjak dan diikuti si Pria berambut botak satu senti di sebelahnya. Dia sempat melambaikan tangan dan tersenyum simpul kepadaku sebelum mengikuti Mama turun kebawah.
Aku segera menutup kembali pintu kamarku. Menuju kamar mandi. Dan bathtub-ku sudah penuh dengan cairan berwarna hitam. Aku melepas baju-ku dan segera menenggelamkan tubuhku di cairan hitam hangat itu. Kupejamkan mataku sejenak, untuk sekedar merasakan perginya kelelahan yang sejenak pula.
--
Saat itu aku berada di sebuah ruangan yang cukup luas. Berbentuk segitiga jika dilihat dari pandangan mata burung. Berwallpaper campuran warna merah dan hitam. Di tengah ruangan ada tiga tempat tidur yang terbuat dari batu. Di tempat tidur batu sisi sebelah kiri tertidur sesosok anak kecil laki-laki. Mata-nya ditutup kain berwarna hitam. Seluruh badan-nya dililit kabel dengan rapat. Dan banyak kabel-kabel menempel di tubuhnya. Sementara di tempat tidur sisi sebelah kanan dengan kondisi yang sama aku bisa melihat seorang gadis kecil sedang terbaring. Kedua-nya sudah tak sadar. Sementara di tempat tidur batu di antara dua tempat tidur yang lain. Terbaring sesosok robot berwarna emas. Di dadanya terukir sketsa bintang terbalik, dengan sisi tajam bukan di atas tapi dibawah. Ditengah-tengah sketsa bintang terbalik itu juga terdapat sketsa kepala rusa jantan persis seperti jendela kaca besar di ruang utama rumah-ku. Semua kabel-kabel yang menempel pada kedua bocah itu terpusat disini. Disisi bagian bawah tempat tidur batu bagian tengah terdapat beberapa kotak komponen mesin rumit. Dan belum sempat aku menyentuhnya tiba-tiba mesin itu menyala. Dan aku bisa melihat sedikit demi sedikit robot ditengah mulai berubah menjadi sesosok manusia. Entah kenapa tiba-tiba badanku terasa sakit luar biasa,perih, dan...
Aku berjingkat dari tempat tidur-ku. Mengatur nafasku. Keringatku bercucuran padahal mesin pendingin di kamar sudah aku atur di posisi suhu paling rendah. Aku beranjak dari tempat tidur-ku. Berjalan mendekati pintu kamar. Membuka-nya. Dan kemudian berjalan menyusuri lorong penuh lukisan klasik. Kulihat pintu menuju balkon terbuka. Dan aku melihat sesosok lelaki tinggi besar dari bayangan-nya di kaca. Aku melanjutkan langkah-ku turun ke bawah menuju dapur. Lampu dibawah masih menyala. Pintu utama masih terbuka dan di halaman rumah masih berjejer mobil-mobil yang sama seperti yang ku lihat tadi menjelang tiba dirumah. Dan segera ku ambil gelas, kutuang air hitam yang biasa-nya ku minum. Setelah itu aku kembali ke atas. Pintu menuju balkon masih terbuka. Dan aku sudah tak melihat bayangan pria tinggi besar dari jendela. Aku menuju keluar balkon untuk menjawab rasa penasaranku. Disana gelap, tak terlihat apa pun. Walaupun sinar bulan berusaha menyinari balkon. Aku berjalan ke tepi balkon. Memandang halamam rumah dari balkon memang cukup indah. Kudiam sejenak berusaha menenangkan pikiranku karena mimpi barusan. Menghirup napas dalam-dalam dan membuangnya.
"Hey.."Ada suara pria yang tiba-tiba menyapaku. Suara-nya serak berat. Dan sepertinya aku baru mengenal suara-nya hari ini.
"Hey juga. Siapa kamu ?"Jawabku tanpa menoleh ke seseorang yang menyapaku itu.
Dia segera mendekatiku. Berdiri di sampingku.
"Mau ?"Pria itu menawariku rokok. Aku mengambilnya satu.
"Tak menawariku benda untuk membakar-nya juga?"Dan dia mengeluarkan Zippo dari saku celananya. Menyalakannya. Dan mendekatkan api-nya ke ujung rokok yang sudah di mulutku."Makasih, Os.Tak apa khan ku memanggil-mu seperti itu?"
"Haha tak ingat-kah aku berkata apa saat berkenalan tadi?"
"Ya ya ya"
"Mau mencoba minuman-ku, Gee?"Helios mengangkat botol dengan label putih dari tangannya. Sudah tak asing lagi aku dengan minuman itu. Mama mengirimiku tiap bulan-nya.
"Eh..kau meminum-nya juga?"Tanya-ku.
"Iya, kenapa emang?"Pria itu malah menanyai-ku balik.
"Yah..baru kali ini ada orang lain selain aku meminumnya. Bolehlah"Aku menyodorkan gelas-ku yang sudah kosong dengan isi yang sama tadi-nya.
"Kutambahkan Wine di dalam-nya. Agar lebih gila. Haha"Helios menuangkan-nya pada gelasku.
"Segila apa memang?. Sudah cukup lama tak meminum minuman beginian. Rasanya saja mungkin sudah lupa"Aku mulai memiringkan gelas itu. Dan mengalirkan-nya ke tenggorakan-ku lewat mulut-ku."Apa bedanya yah?. Sepertinya sama seperti minuman yang biasa Mama kirim itu. Hanya memang ada sedikit sensasi anggur-nya"
Entah aku yang sudah lupa cara menikmati Wine atau apa. Aku memang sudah cukup lama tidak mengkonsumsi minuman seperti ini. Sudah cukup cerita lama. Sudah cukup lama aku meninggalkan dunia malam. Dengan sejuta kebingaran lampu-lampu-nya. Dengan sejuta kehebohan pesta-nya. Dan yang terbesit hanyalah. "Sampai sedetail ini-kah Ra merubah diriku?".
Aku dan Helios duduk bersila di tempat yang masih sama dengan tempat kita berdiri tadi. Kami belum beranjak. Sudah beberapa puntung rokok kami koleksi di lantai balkon.
"Kenapa kamu malah disini?.Bukannya ikut acara dibawah?.Itu rencana-mu datang kemari bukan?"
"Aku cuman mengantar orang tua-ku kemari. Bukan berarti aku harus ikut acara mereka juga bukan?".
"Yah, kukira kau bergabung. Habisnya kau berkostum berwarna senada dengan mereka".
"Memakai kostum berwarna senada juga bukan berarti harus ikut acara mereka juga bukan?".
"Yahh...by the way that's Vivienne Westwood Vest looks good to you".
"Makasih, Gee".
"Bisa menuangkan minuman itu lagi untuk-ku?"
"Sure"Dan segera dituangkannya isi botol itu digelas-ku.
Entah sudah berapa lama kami duduk bersila disana. Hanya sebotol minuman yang dicampur Wine yang akhirnya bisa memecah keheningan malam itu. Kami mengobrol cukup banyak pada akhirnya. Tentang semua. Tentang studi, tentang karir, tentang hidup, sampai tentang masalah se-sensitif cinta. Aku mungkin membutuhkan konsumsi minuman seperti ini untuk hanya sekedar mengeluarkan segala isi dipikiranku saat ini kepada seseorang. Kami mulai sedikit mabuk, semakin mabuk, dan akhirnya benar-benar mabuk. Mulai tertawa pelan, semakin tertawa keras, dan akhirnya tertawa tak terkendali tanpa henti.
"Makasih yah, Os. Sudah bisa tertawa bebarengan sejenak malam ini"Ujarku sambil menengguk gelas terakhir minuman yang dicampur Wine itu.
Dia tak menjawab. Dan aku menoleh ke dia. Pandangan-ku sudah sedikit kabur. Aku hanya bisa melihat samar-samar Pria besar kekar itu sudah tertelungkup di lantai.
"Yah..dia malah tidur"Seru-ku. Aku pun menelungkup-kan tubuhku juga dilantai balkon. Langit malam sangat gelap. Bulan terlihat samar-samar juga. Pandangku lama kelamaan sudah mulai tidak stabil. Dan sampai pada titik yang seharusnya aku tak bisa melihat lagi semua disekitarku.
--
Bersambung?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar