CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 19 Oktober 2011

Endless Sorrow


Ayumi Hamasaki - Endless Sorrow


Sepi yang telah menjelma menjadi kesepian. Barangkali dirinya sudah mempunyai takdir untuk menemani kehidupan yang kumiliki. Sangat kuijinkan kau menyembutku lelaki hidung belang. Karena memang aku gemar bersenggama dengan jalang. Di malam petang. Di gang sempit yang lengang. Demi mengabulkan permintaan yang mengganjal dalam celana jeans yang terselip kelaminku yang sedang tegang. Tak usah kusebutkan kenapa tingkahku bisa sehina melebihi jalang seperti ini. Aku berani taruhan, pasti alasan dari perbuatanku tak ada menariknya sama sekali. Alih-alih malah kelahiran kata-kata memang kau sudah bodoh dari sumbernya, akan lahir secara normal dari pikiran-pikiran yang memintaku menjelaskan alasan kenapa aku bisa menjadi sehina sekarang.

Aku tak pernah menyimpulkan semua ini sebagai derita. Meratapi derita hanya membuat hidupku semakin tak bisa senikmat bersenggama dengan para jalang molek nan cantik dengan aroma parfum murahannya. Hidup semakin tidak indah dan tak bisa dinikmati kalau hanya menjalaninya dengan meratapi. Kata bijak itu pernah kulihat pada sebuah stiker di angkot reyot yang membawaku pulang ke rumah. Jikalau di kaji dengan pikiran sehat dan intelek ku, mungkin ada benarnya kata-kata pada stiker itu. Namun, ketika tubuhku sudah sepenuhnya terkontrol dengan alkohol. Tak perlu lagi menggunakan pikiran sehat dan intelek untuk menyetujui perkataan di stiker itu. Alkohol membuatku sangat menikmati dunia tanpa pernah berpikir untuk meratapi hidupku yang memang bejat ini.

Seperti yang diajarkan hidup tentang ketidakabadian. Semuanya sudah terjadi tiga tahun yang sudah berlalu. Barangkali cinta yang membuatku tersadar. Karena dalam pemahamanku, cinta seperti kekuatan magis. Sudah berapa orangkah yang berubah karena cinta ?. Tak perlu dijawab, karena menghitung berapa hanya membuat kita malas menjawabnya, atau bahkan akan menjadikan lahirnya pemikiran baru, bahwa tak sepenuhnya benar bahwa cinta itu bisa membuat orang berubah. Banyak jawaban. Banyak alasan. Karena apa yang telah terjadi atas perubahanku memang ada campur tangan dari cinta.

Perasaan cinta pada sesosok jalang. Perasaan cinta pada sesosok mantan jalang. Dia wanita yang kesekian kali dari wanita-wanita jalang lain yang pernah kusetubuhi. Wanita yang tak banyak bicara. Tak banyak menuntut macam-macam dan cerewet seperti wanita jalang yang lain. Barangkali itu yang membuatku tertarik padanya, selain dengan imbuhan aksi ranjangnya yang  bagai pegulat profesional kelas ikan paus. Dua tahun bukan waktu yang mudah untuk membuatnya meninggalkan dunia yang sudah dia geluti dari usia muda. Segalanya butuh usaha, usaha butuh suatu gerakan. Gerakan itulah yang menjadikan salah satu alasan lainku untuk berubah.  Kuputuskan untuk memulai lebih dulu untuk mengakhiri hidup bersama dunia seks yang dijadikan ladang bisnis. Memulai segalanya dengan awal yang baru. Bekerja serabutan. Mengumpulkan sedikit demi sedikit sampai pada akhirnya aku memberikan semua jerih payahku selama satu setengah tahun kepada atasan wanita jalang yang ingin kumiliki. Semuanya berjalan dengan lancar, karena jerih payahku selama satu setengah tahun itu adalah semacam tantangan darinya. Semuanya berjalan dengan lancar, tanpa perlu ada proses berbelit karena dipermudah atas pembuktianku padanya. Malam yang indah dengan cahaya bulan yang temaram, bayangannya mengikuti bayanganku pergi meninggalkan peneduhan yang kali ini sudah saatnya beristirahat untuk meneduhinya.
***

Malam yang masih sama indah. Selimut gelap bermotif cahaya kristal kecil terang berwarna putih. Kami berbaring di kasur buluk kesukaan kami. Sudah usang dan berdebu. Tapi usang dan debu favorit kami. Penggambaran analogi yang tak cukup baik dari kehidupan bahagia kami selama ini. Namun kami berdua sudah cukup dengan mensyukuri segala sesuatunya dengan apa adanya saat ini. Mensyukuri segala sesuatunya dengan apa adanya selalu berjalan sejajar dengan hobinya menggambar malaikat. Sebuah kegemaran tersembunyi yang tak pernah ku duga saat kami berdua masih bersenggama dengan dunia malam yang katanya hina. Awalnya, aku sempat tersentak. Bagaimana tidak, seorang mantan hidung belang dan seorang mantan wanita jalang bisa disejajarkan dengan sosok malaikat ?. Ilustrasi malaikat yang dibuatnya selalu dijelaskan bahwa itu adalah sosok kami beruda. Sungguh relasi yang sangat berlawanan dengan sosok malaikat suci yang sebenarnya.

Namun, aku pernah menjumpai sebuah ilustrasi yang cukup berbeda di sebuah halaman sketch book miliknya. Masih berbau tentang malaikat. Malaikat pria dan wanita. Malaikat pria digambarkan berdiri di sebelah kiri disamping malaikat wanita di sisi sebelah kanan. Mereka berdua bergandengan.  Tidak sepenunhnya seperti malaikat. Malaikat pria digambarkan hanya memiliki satu pasang sayap di sisi kiri, sementara malaikat wanita sama halnya hanya memiliki satu pasang sayap di sisi sebelah kanan. Di bawahnya dia menambahkan kata “Together”. Mungkin ini bisa dibilang baru benar-benar sempurna penggambaran sosok kami berdua.

Katakan saja bahwa cinta itu memang buta. Seorang malaikat pria tidak sempurna yang hanya memiliki satu pasang sayap, karena dia sudah bejat. Sudah bodoh. Sesosok pria mantan hidung belang. Kemudian mengenal cinta pada sesosok malaikat wanita yang juga tidak sempurna, yang hanya memiliki satu pasang sayap, sama-sama karena dia sudah bejat. Sama-sama sudah bodoh. Sesosok wanita mantan jalang. Tuna wicara. Dan pengidap HIV AIDS. Yang karena itulah bisa diambil dengan mudahnya pada lindungan sebuah rumah bordil. Aku tak akan pernah menyimpulkan semua ini sebagai derita. Hanya cinta.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar